Selasa, 09 November 2010

Sebuah Perenungan

Rumah yang paling indah adalah rumah yang di dalamnya ada cinta

Makanan yang paling lezat adalah makanan yang disantap dengan hati yang bersyukur.

Penyembahan paling tinggi adalah dengan segala kesungguhan dan ketulusan kita mampu berkata: "Bukan kehendakku, melainkan kehendak-Mu yang jadi."

Kesuksesan sejati adalah ketika orang-orang memuji karakter kita dan bukan apa yang kita miliki.

Pencerahan sejati adalah ketika kita mampu berkata: "Semua kuanggap sampah, karena pengenalanku akan Kristus."

Orang paling kaya adalah seseorang yang berkata: Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya."

Kemiskinan yang paling miskin adalah ketika kita menganggap kita tidak punya sesuatu untuk diberikan kepada orang lain, tidak juga bahkan kata-kata "encouragement" atau sebuah pujian.

Pelayanan yang paling murni adalah ketika kita memberikan lebih dari apa yang kita dapatkan.

Hamba Tuhan sejati adalah mereka yang mampu berkata: "Kami hanya hamba-hamba yang tidak berguna, kami hanya melakukan apa yang Tuhan suruh kami lakukan."

Penghargaan sejati adalah ketika dibalik pintu kematian Tuhan bersabda: "Sabaslah wahai hamba-Ku yang baik dan setia, sekarang masuklah dan turutlah dalam kegembiraan tuanmu"

Jumat, 07 Mei 2010

GO MAKING LIFE BETTER

Pagi itu dengan langkah cepat Saya menyeberang jalan di depan kantor.

Sesampainya di seberang, tampak seorang ibu tua beserta cucunya kesulitan untuk menyeberang jalan ke arah sebaliknya. Maklum pagi itu lalu lintas agak padat dan semua kendaraan berlalu buru-buru menuju ke tujuan masing-masing. Tidak ada yang mau memberi jalan kepada seorang ibu tua dan cucunya.

Begitulah wajah jalanan kota Jakarta, Diisi oleh pengendara yang terburu-buru, macet dan semrawut, hal ini membuat setiap orang menjadi egois. Saling serobot yang penting sampai di tujuan dengan cepat. Kendaraan umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat yang dia suka, kadang malah di tengah jalan.

Yah, Jakarta diisi oleh orang-orang yang sibuk dan cenderung egois.

Kembali kepada Saya. Karena terburu-buru dan terkondisikan menjadi egois. Saya berjalan melewati ibu tua dan cucunya tersebut dan berbelok jalan.

Namun, hei! suara hati Saya menyindir: "Ayo, teruslah melangkah, teruskanlah gaya hidup tidak perduli dengan sekitarmu, toh, ini kota yang egois dengan penduduknya yang juga egois!"

Tiba-tiba Saya sadar, hati nurani Saya menggugah Saya. Saya merasa menjadi orang yang jahat, menjadi seperti orang Lewi dan Imam dalam perumpamaan Tuhan Yesus tentang Orang Samaria Yang Murah hati (Lukas 10:25-37).

Saya tidak mau hidup egois, Saya tidak mau hidup di dalam ketidakperdulian. Hati nurani Saya tidak mengizinkannya.

Setelah hati Saya berubah, Saya melihat peluang untuk menjadi pelaku firman. Ketika hati Saya perduli dengan sekeliling, Saya melihat yang tadinya merupakan beban, menjadi peluang untuk berbuat baik dan menjadi pelaku firman.

Saya cepat berbalik arah berharap semoga ibu tua tersebut belum menyeberang jalan atau seseorang lain menolongnya menyeberang jalan. Dan..... Mereka masih di sana kebingungan bagaimana cara menyeberang jalan. Dengan lembut Saya menawarkan bantuan: "Ibu, ingin menyeberang? Mari Saya antar." Dengan perasaan lega ibu tua dan cucunya tersebut mengiyakan tawaran Saya. Hanya perlu beberapa detik buat Saya menyeberangkan mereka berdua dan perjalanan Saya hanya tertunda sekitar 2 menit. Namun, dengan waktu yang singkat tersebut Saya sudah menjadikan hidup seseorang menjadi lebih baik dan memberikan pesan positif kepada mereka bahwa di Jakarta masih ada orang baik dan perduli dengan keadaan.

Dengan senyum yang tersungging Ibu tua tersebut mengucapkan terima kasih dan berjalan masuk ke dalam area gedung Istana Kana. Ahh... Rupanya ibu tua tersebut pasien Klinik Kana. Entah siapa yang sakit, ibu tua tersebut atau cucunya. yang jelas mereka dapat berobat dan dilayani oleh dokter-dokter dan suster-suster yang baik di Klinik Kana.

Ternyata membuat hidup orang lebih baik itu mudah. Semudah berbalik arah, semudah merelakan kursi kita di ruang tunggu, MRT atau bus kota diambil oleh orang lain, semudah mengunjungi seseorang di rumah sakit, semudah mengirimkan kalimat-kalimat atau cerita-cerita yang mengugah semangat atau ayat-ayat firman Tuhan melalui SMS, BBM atau e-mail.

Ternyata untuk membuat hidup orang lebih baik itu tidak perlu perkara-perkara sulit dan susah, tidak perlu dengan biaya tinggi.

Putuskanlah untuk berbuat baik, mungkin itu tidak akan memberi dampak yang luas, namun, minimal kita yakin dunia sudah kehilangan satu orang egois.

Ayo, tekadkan dan lakukan sesuatu yang akan membuat hidup orang lebih baik hari ini.

SALAM GO MAKING LIFE BETTER!!!
By J. Leo Imannuel
Executive Minister Gereja Alpha Omega Community, Jakarta

Selasa, 02 Februari 2010

I WANT TO BREAKFREE!!!

Seorang sahabat yang terkenal cerdas dan juga seorang filsuf amatir (Hehehehe…. Sorry mayori Amang - just kidding) menulis di wall facebook-nya demikian:

“Menciptakan sebuah kebebasan di dalam diri ternyata menciptakan keterikatan baru di dalam diri..... dan pada akhirnya tidak ada manusia yang bebas......”

Saya jadi merenungkan kalimat tersebut di atas. Benarkah tidak ada yang namanya kebebasan bagi manusia? Apa sih kebebasan itu? Kenapa banyak orang yang mengejar kebebasan, memberontak terhadap aturan-aturan yang berlaku malah mendapati dirinya berada di bawah perbudakan yang lain? Diperbudak narkoba, diperbudak hutang, diperbudak pornografi dan seks menyimpang, diperbudak oleh (maaf?) pelayanan dan gereja, terikat oleh kelompok tertentu dan tidak bisa keluar dari kelompok tersebut atau merasa diri tidak akan mampu dan merasa diri tidak berharga bila hidup di luar kelompok tersebut. Diperbudak oleh atturan-aturan yang menjemukan dan menyusahkan. Saya pernah mendengar cerita tentang hamba Tuhan dari sebuah gereja yang mengajarkan jemaatnya, bahwa pindah atau keluar dari gerejanya akan mendatangkan kutuk. Bahkan gereja membawa jenis keterikatan dan perbudakan lainnya. Bahkan ada gereja yang mengajarkan jemaatnya untuk mengikuti aturan-aturan tertentu, tidak makan makanan tertentu, mentaati hari-hari tertentu yang jika dilanggar akan mendatangkan kutuk.
Bukankah Tuhan Yesus mengatakan di dalam Yohanes 8:36:


“Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka."

Kata “benar-benar” adalah terjemahan dari kata Yunani “ontos”, yang bermakna sesungguhnya, sebenar-benarnya, pada kenyataannya. Sedangkan kata “merdeka” diterjemahkan dari bahasa Yunani “eleutheros” yang bermakna merdeka, dibebaskan dari perbudakan-bukan lagi seorang budak. Jadi ayat di atas bermakna apabila Tuhan Yesus memerdekakan kita maka kita sebenar-benarnya, sesungguhnya, pada faktanya kita merdeka, bukan lagi budak. Tapi mengapa gereja yang seharusnya menjadi sang pewarta kebebasan justru “memperbudak” jemaat-Nya dengan aturan-aturan yang bertentangan dengan spirit yang Kristus bawa?


Ada banyak orang yang memberontak terhadap aturan dan tatanan yang berlaku di masyarakat, hidup bebas, hidup dijalanan. Melakukan apa yang dulu dianggap tabu. Pada akhirnya mereka - sadar maupun tidak - mendapati dirinya berada di bawah perbudakan yang lain. Contohnya anak-anak yang kabur dari rumah dan bergaya hidup hippies. Mereka melakukan apa yang dulu dilarang. Pasang anting di bagian-bagian tubuh yang tidak lazim, men-tatto tubuh mereka. Mereka diperbudak oleh filosofi hidup mereka. Untuk menyambung hidup mereka jadi pengamen. Tanpa sadar hidup mereka dibatasi oleh pemberian orang hasil mengamen. Ketika mereka dibatasi, sesungguhnya mereka tidak bebas. Ketika mereka menjadi tua dan tidak lagi produktif tebak nasib mereka akan seperti apa? Tersisih dan terbuang, hidup dari belas kasihan negara dan orang lain. Itukah yang namanya kebebasan?

ADAKAH KEBEBASAN ITU?

Benarkah ada kebebasan bagi manusia? Benarkah bebas berarti lepas dari semua aturan dan tatanan yang berlaku di masyarakat secara umum? Ada sebuah film yang menceritakan kisah yang menarik. Film tersebut mengisahkan seorang suami yang juga seorang karyawan di sebuah kantor. Pria ini merasa istrinya dan aturan-aturan kantor membelenggunya, membuat dia tidak bebas. Pria ini merindukan kebebasan sejati. Bebas dari tanggung jawab di kantor tapi tetap dapat gaji, merindukan bisa bebas dari istrinya tanpa perceraian dan hidup pesta pora. Lalu solusi datang. Ada sebuah perusahaan yang dapat membuat robot sangat mirip dirinya. Robot ini berwajah dan berperawakan persisi sama dengan dirinya. Bersuara dan bertingkah laku mirip dirinya. Setelah harga disepakati maka robot dikirm dan mulai melakukan tugasnya sebagai diri si pria ini. Robot ini bekerja dengan baik dan pulang menjadi suami yang baik buat istrinya. Sementara sang pria hidup pesta pora, hidup dari satu wanita ke wanita lainnya. Namun, lambat laun kebebasan yang dia hidupi membuat dia bosan. Pria ini kembali pulang ke rumah. Melalui jendela rumah dia mengintip dan melihat bagaimana robot ini telah menjadi suami yang sangat baik. Dia melihat bagaimana istrinya sangat berbahagia. Keluarganya menjadi keluarga yang berbahagia. Si pria menginginkan kehidupannya kembali. Dia menginginkan pernikahannya kembali. Dia menginginkan pekerjaannya kembali. Kebebasan yang dia kejar ternyata menjemukan.

Jadi apakah itu kebebasan? Jangan-jangan kita mengejar kebebasan yang salah. Jangan-jangan apa yang kita pikir kebebasan adalah ternyata bukanlah kebebasan. Atau adakah yang namanya kebebasan itu? Jangan-jangan juga kita mengejar sesuatu yang tidak ada.


BEBAS? MIMPI KALI YE…???!!!
Manusia adalah makhluk terbatas. Artinya kita memang dibatasi oleh banyak hal. Ruang dan waktu membatasi kita. Sakit penyakit dan kefanaan pada akhirnya menghentikan kita. Pengetahuan kita membatasi gerak dan langkah kita. Manusia memerlukan sumber-sumber lain di luar dirinya untuk bertahan hidup. Selama manusia masih membutuhkan sumber-sumber lain di luar dirinya, maka selama itu juga manusia tidak bisa bebas. Makanya manusia bukanlah makhluk bebas. Minimal tidaklah sebebas yang sebagian orang pikirkan. Bahkan hidup kita sendiri diberikan kepada kita, dan akan diambil pada waktu-Nya kelak. Semua yang kita lakukan, kehidupan yang kita jalani akan dimintakan pertanggungan jawab. Kita tidak memiliki hidup kita. Jadi sejatinya manusia itu bukanlah makhluk bebas, dalam artian manusia bukan makhluk independen.

HAMBA KEBENARAN ATAU HAMBA DOSA
Sejatinya manusia bukanlah majikan atas hidupnya. Manusia adalah seorang hamba. Manusia diciptakan untuk melakukan kehendak Tuhan, oleh karenanya menjadikan manusia, hamba Tuhan. Namun kemudian dosa menyebabkan manusia berubah setia dan menjadi hamba dosa, karena manusia lebih suka mengikuti keinginan daging.

Galatia 5:17 mengatakan:

“Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.”


Apakah keinginan daging itu? Paulus mendefinisikannya dengan baik di dalam
Galatia 5:19-21:

“Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,

penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,
kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”

Kemudian Paulus membandingkannya dengan keinginan roh, pada ayat 22-23

“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.”


Kira-kira dari kedua definisi di atas manakah yang lebih suka kita lakukan? Jika bicara keinginan, tentu setiap kita ingin melakukan buah roh bukan? Tapi jika kita bicara dorongan hati maka kita cenderung melakukan keinginan daging. Keduanya saling bertolak belakang.

Roma 8:6 mengatakan:

“Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.

Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.”

Dari mulai lahir kita cenderung menjadi hamba daging, kita mengikuti keinginan daging. Kemudian Kristus datang memerdekakan kita

“Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.”Galatia 5:1

Kita dibebaskan untuk menjadi hamba Allah. Loh, kok tetap hamba? Katanya merdeka? Kok istilahnya tetap hamba? Dengan menjadi hamba Allah kita akan melakukan kebenaran, dan menjadi hamba kebenaran. Karena dengan menjadi hamba kebenaran manusia akan benar-benar menjadi manusia seutuhnya, dan dengan demikian manusia akan mengalami kebebasan sejati. Kebebasan sejati manusia adalah dibebaskan dari kehendak dosa dan dikembalikan menjadi hamba Allah. Karena memang dari awal penciptaan, manusia diciptakan untuk melakukan kehendak Allah. Manusia akan mencapai kesempurnaannya ketika manusia melayani Allah di dalam kehendak-Nya. Sebaliknya ketika manusia melayani kehendak dosa, manusia berada di bawah perbudakan dosa.


Manusia akan mengalami degradasi kemanusiaannya ketika manusia melakukan kehendak daging. Contohnya ketika terjadi kerusuhan besar di Jakarta pada bulan Mei 1998. Apa yang terjadi? Manusia menjadi jahat, bahkan secara akhlak lebih rendah dari binatang. Manusia membunuh, memperkosa, menjarah, melukai. Apa yang terjadi di bagian lain di dunia ini juga sama. Pembantaian orang Yahudi oleh Nazi Jerman, ethnic cleansing di Rwanda (tontonlah film Hotel Rwanda atau Tears Of The Sun), Idi Amin di Uganda, Pol Pot di Kamboja dan masih banyak lagi yang lain. Manusia menjadi lebih rendah dari binatang, kekejaman manusia melebihi binatang. Atas nama kebebasan, narkoba merajalela, kehamilan anak di bawah umur meningkat. Atas nama hak azasi manusia, aborsi diizinkan. Pada saat yang bersamaan orang yang mengizinkan dan menyetujui tindakan aborsi, mereka juga meneriakkan perlindungan bagi binatang. Mereka marah atas pembunuhan binatang, mereka melakukan berbagai cara agar binatang dapat dilindungi, namun, mereka dapat tidur dengan nyenyak ketika jutaan janin dibunuh. Itukah kebebasan yang diimpikan? Di luar Tuhan manusia menjadi budak-budak nafsu yang menghancurkan. Tetapi dengan menjadi hamba kebenaran, manusia akan mencapai puncak kemanusiaannya. Segala kebaikkan akan dilakukannya. Itulah kebebasan yang ditawarkan oleh Kristus.

Catatan Akhir: Peraturan dan Kebebasan

Tuhan memberi banyak peraturan kepada manusia. Buat sementara orang peraturan-peraturan tersebut seperti menghambat kebebasan mereka. Benarkah demikian? Benarkah dengan memberi peraturan Tuhan sedang mengekang kebebasan manusia?

Ada pepatah di dalam bahasa Inggris yang mengatakan: “Rules are made to protect the game, not the game made to protect the rule.” Ada permainan yang namanya sepak bola atau bola basket karena ada peraturan permainan. Peraturan-peraturan tersebut di buat untuk melindungi keindahan permainan itu sendiri. Tuhan membuat berbagai peraturan untuk melindungi kehidupan itu sendiri, sehingga kehidupan menjadi indah. Apa yang terjadi di Jakarta pada bulan Mei 1998, Rwanda, Uganda, Kamboja adalah ketika manusia tidak takut kepada hukum, dan merasa berada di atas hukum. Manusia membuat hukum semaunya sendiri. Harus ada sebuah hukum absolut yang darinya semua hukum lain berasal. Itulah Alkitab!!!!!

Selasa, 12 Januari 2010

TIDAK ADA YANG GRATIS DI DUNIA INI

Judul di atas belakangan ini semakin menguat di dalam benak saya. Semakin lama semakin membuat saya sadar bahwa memang tidak ada yang gratis di dunia ini. Kasihan ya, Saya yang baru sadar :-(

Zaman nenek moyang kita dahulu, sebelum ada alat tukar yang namanya uang, mereka melakukan transaksi secara barter, tukar barang dengan barang. Namun, dengan berkembangnya dunia dan melalui berbagai evolusi, uang muncul menggantikan barter ( Silahkan pembaca klik ke http://id.wikipedia.org/wiki/Uang untuk lebih jelasnya mengenai sejarah uang). Namun apakah barter benar-benar hilang? Tidak! Sistem barter tidak pernah benar-benar hilang. Dia menjadi sistem pembayaran yang tidak terlihat, namun ada dan kita harus membayarnya, seringkali tanpa kita menyadarinya. Bagi kebanyakan kita setelah membeli sesuatu, membayarnya dengan uang lalu selesai. Padahal tidak sesederhana itu. Sewaktu kita membeli sesuatu dengan uang, sebenarnya kita juga membarter sesuatu yang kita atau orang lain miliki. Contohnya, kita membeli sebuah mobil. Kita membayarnya dengan uang, lalu membawa mobil tersebut pulang dari dealernya, selesai?! Tidak! Kita membayar lagi dengan sistem barter. Apa yang kita barter? Kita membarternya dengan cadangan sumber tenaga yang kian menipis, kita membarternya dengan udara bersih buat kita dan makhluk lain bernafas, karena gas emisi buang membuat polusi, akibatnya kualitas kesehatan menurun.

Untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia, kita membeli barang-barang di supermarket atau shopping centre. Cari barang kebutuhan, bayar lalu selesai. Benarkah? Tidak! Untuk membuat barang kebutuhan, pabrik dibangun. Kita membarternya dengan polusi mencemari air dan udara, sampah-sampah yang tidak bisa diurai dalam waktu yang singkat, yang pada akhirnya menyebabkan global warming. Dan masih banyak lagi harga yang harus kita bayar tanpa kita menyadarinya.

DOSA

1. Ada Harganya

Berdasarkan pemahaman bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini demikian pula di dalam dunia kerohanian. Keselamatan yang diberikan kepada kita tidak gratis.

"Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."
1 Petrus 1:18-19


1 Petrus menjelaskannya dengan gamblang. Allah membayar hutang dosa kita dengan nyawa Putra Tunggal-Nya sendiri. Jadi keselamatan tidaklah gratis. Ada harganya dan MAHAL!!!!
Berarti untuk berbuat dosa ada harga yang harus dibayar? Ya! Dosapun tidak gratis! Ada harganya. Dan harganya mahal, makanya manusia tidak mampu membayar harganya, hanya Allah yang sanggup, itupun dengan sistim barter, Dia membarter Putra-Nya untuk menebus kita.

"Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"
Galatia 3:13

Nah, di sini kita masuk kepada sistim barter. Sewaktu kita akan berbuat dosa tanyakan pertanyaan ini: “Apa yang sebenarnya sedang Saya tukar/barter ketika Saya melakukan dosa ini?” Harga dosa itu mahal, dan konyolnya barang yang kita dapatkan tidaklah sebagus harganya. Harga dosa tidak ada dibanderolnya, anda tidak akan menemukan barcode harga pada dosa. Anda suka, tergoda lalu lakukan transaksi dosa, setelah itu baru harganya di kasih tahu, biasanya dengan perasaan sesal, namun, apa daya, sesal kemudian tak berguna kan? Lalu kita menjadi customer fanatik dari dosa tersebut, nyesal sih, tapi apa daya……

• Adam membayarnya/membarternya dengan kemuliaan Tuhan.
• Esau membayarnya/membarternya dengan hak kesulungannya.
• Bangsa Israel membayarnya/membarternya dengan 40 tahun di padang gurun.
• Korah, Datan dan Abiram membayarnya/membarternya dengan nyawanya dan nyawa 14.700 orang lainnya.
• Musa membayarnya/membarternya dengan hak untuk memasuki Tanah Perjanjian.
• Simson membayarnya/membarternya dengan kehormatan dan kekuatannya.
• Saul membayarnya/membarternya dengan takhtanya.
• Daud membayarnya dengan nyawa anak yang dikandung Batsyeba.
• Amnon membayarnya/membarternya dengan nyawanya dan pemberontakan Absalom.
• Salomo membayarnya/membarternya dengan perpecahan kerajaannya.
• Yunus membayarnya/membarternya dengan perut ikan.
• Imam Eli dan anak-anaknya membayarnya/membarternya dengan hak keimamannya.
• Herodes membayarnya/membarternya dengan nyawanya (ditampar malaikat)
• Yudas membayarnya/membarternya dengan nyawanya.
• Ananias dan Safira membayarnya/membarternya dengan nyawanya.
• Anak-anak Skewa membayarnya/membarternya dengan harga dirinya.
Tanyakan terus menerus pada diri Anda: “Apa sebenarnya yang sedang Saya bayar/barter ketika Saya berbuat dosa ini?”


2. Tidak ada Gold Membership Yang Ada Hanya Platinum Membership

Ada godaan dosa yang mengatakan: “Ayolah coba sekali saja, ini gak akan membunuh kamu kok!” Lalu akhirnya kita mendapati diri kita terikat dengan dosa tersebut. Berapa banyak para morfinis, drugs addict yang “hanya” coba-coba lalu keterusan??? Dari sebutir pil ekstasi, atau satu suntikan, atau satu sebatang ganja lama-lama daya toleransi tubuh kita terhadap zat-zat adiktif tersebut meningkat dan tahu-tahu kita sudah ketagihan dan mendapatkan kartu keanggotaan paltinum.

Pornografi juga mengikat. Dulu kurang lebih 15 - 20 tahun yang lalu untuk mendapatkan materi pornografi itu sangat sulit dan harganya mahal. Namun kini dengan perkembangan tekhnologi digital, tidak sulit dan murah untuk mendapatkan berbagai materi pornografi. Dari satu film porno ke film lainnya, dari satu website dewasa ke website lainnya. Lama-lama kita menjadi ketagihan dan tanpa sadar “harus” memenuhi kebiasaan biologis tersebut. Tidak ada yang bisa bebas dari dosa dengan mudah. Kita pribadi harus membayar harganya. Kadang dengan nyawa kita. So, don’t underestimate sins!!!

3. Suka Atau Tidak Dosa Itu Diwariskan

Pernikahan yang dipenuhi perselingkuhan sedang membarter kebahagiaannya dengan perceraian dan sakit hati 1 generasi dan yang akan mewarisinya kepada generasi berikutnya. Seorang kenalan, produk dari rumah tangga yang hancur karena ayah yang selingkuh pernah berkata: “Saya tidak akan menjadi seperti ayah saya.” Bertahun-tahun kemudia dia menikah dan ternyata dia selingkuh dan meninggalkan anak istrinya. Dia menjadi sama seperti ayahnya yang dia benci. Apa yang terjadi dengan anak-anaknya? Jika mereka tidak mengampuni ayahnya dengan kasih Kristus, tentu nasib mereka sudah jelas, akan ada pengulangan sejarah.

Pernahkah Anda berpikir: “Kenapa ya, Adam dan Hawa yang berbuat dosa, koq, kita yang kena getahnya?” Saya pernah! Jawabannya sederhana, karena di dalam diri Adam ada potensi 6 milyar penduduk bumi saat ini. Sehingga sewaktu dia berdosa dia membawa/mengakibatkan potensi tersebut menjadi tercemar. Sehingga kita diperanakkan di dalam dosa. Singkatnya dosa itu diwariskan. Untuk bebas dari dosa, Perjanjian Baru memakai istilah lahir baru dari benih Adam kedua, yakni Kristus.

“Seperti ada tertulis: "Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan.”
1 Korintus 15:45


“Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.”
1Korintus 15:22

“Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. “ Roma. 5:15

Perpecahan dan dosa-dosa raja-raja Israel (berikut umat Israel) diwariskan oleh Salomo yang hatinya berpaling kepada berhala-berhala para istrinya. Berikutnya para raja Israel dan Yehuda mewariskannya kepada keturunannya. Ingatlah, ketika kita berdosa kita sedang mewariskan kutuk bukan saja kepada hidup kita namun hidup keturunan kita, meski mereka belum dilahirkan.

“Engkaulah yang menunjukkan kasih setia-Mu kepada beribu-ribu orang dan yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya yang datang kemudian. Ya Allah yang besar dan perkasa, nama-Mu adalah TUHAN semesta alam,”
Yeremia 32:18

Sebaliknya sewaktu kita hidup benar, maka berkat orang benarpun akan kita wariskan kepada anak cucu kita meski mereka belum dilahirkan.
(Mzm. 37:25).

Diperlukan Tuhan Yesus Kristus sebagai raja terakhir Israel, untuk mematahkan kutuk keturunan tersebut dan membangun kembali pondok Daud dan kerajaan Israel seperti gambaran Allah Bapa. Diperlukan Adam kedua yang sempurna yakni Tuhan Yesus Kristus untuk mematahkan dosa warisan Adam, sehingga kita semua dapat hidup benar dan kudus.

Apa yang sedang kita tukarkan hari ini?

http://leoimannuel.web.id/