Selasa, 02 Februari 2010

I WANT TO BREAKFREE!!!

Seorang sahabat yang terkenal cerdas dan juga seorang filsuf amatir (Hehehehe…. Sorry mayori Amang - just kidding) menulis di wall facebook-nya demikian:

“Menciptakan sebuah kebebasan di dalam diri ternyata menciptakan keterikatan baru di dalam diri..... dan pada akhirnya tidak ada manusia yang bebas......”

Saya jadi merenungkan kalimat tersebut di atas. Benarkah tidak ada yang namanya kebebasan bagi manusia? Apa sih kebebasan itu? Kenapa banyak orang yang mengejar kebebasan, memberontak terhadap aturan-aturan yang berlaku malah mendapati dirinya berada di bawah perbudakan yang lain? Diperbudak narkoba, diperbudak hutang, diperbudak pornografi dan seks menyimpang, diperbudak oleh (maaf?) pelayanan dan gereja, terikat oleh kelompok tertentu dan tidak bisa keluar dari kelompok tersebut atau merasa diri tidak akan mampu dan merasa diri tidak berharga bila hidup di luar kelompok tersebut. Diperbudak oleh atturan-aturan yang menjemukan dan menyusahkan. Saya pernah mendengar cerita tentang hamba Tuhan dari sebuah gereja yang mengajarkan jemaatnya, bahwa pindah atau keluar dari gerejanya akan mendatangkan kutuk. Bahkan gereja membawa jenis keterikatan dan perbudakan lainnya. Bahkan ada gereja yang mengajarkan jemaatnya untuk mengikuti aturan-aturan tertentu, tidak makan makanan tertentu, mentaati hari-hari tertentu yang jika dilanggar akan mendatangkan kutuk.
Bukankah Tuhan Yesus mengatakan di dalam Yohanes 8:36:


“Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamupun benar-benar merdeka."

Kata “benar-benar” adalah terjemahan dari kata Yunani “ontos”, yang bermakna sesungguhnya, sebenar-benarnya, pada kenyataannya. Sedangkan kata “merdeka” diterjemahkan dari bahasa Yunani “eleutheros” yang bermakna merdeka, dibebaskan dari perbudakan-bukan lagi seorang budak. Jadi ayat di atas bermakna apabila Tuhan Yesus memerdekakan kita maka kita sebenar-benarnya, sesungguhnya, pada faktanya kita merdeka, bukan lagi budak. Tapi mengapa gereja yang seharusnya menjadi sang pewarta kebebasan justru “memperbudak” jemaat-Nya dengan aturan-aturan yang bertentangan dengan spirit yang Kristus bawa?


Ada banyak orang yang memberontak terhadap aturan dan tatanan yang berlaku di masyarakat, hidup bebas, hidup dijalanan. Melakukan apa yang dulu dianggap tabu. Pada akhirnya mereka - sadar maupun tidak - mendapati dirinya berada di bawah perbudakan yang lain. Contohnya anak-anak yang kabur dari rumah dan bergaya hidup hippies. Mereka melakukan apa yang dulu dilarang. Pasang anting di bagian-bagian tubuh yang tidak lazim, men-tatto tubuh mereka. Mereka diperbudak oleh filosofi hidup mereka. Untuk menyambung hidup mereka jadi pengamen. Tanpa sadar hidup mereka dibatasi oleh pemberian orang hasil mengamen. Ketika mereka dibatasi, sesungguhnya mereka tidak bebas. Ketika mereka menjadi tua dan tidak lagi produktif tebak nasib mereka akan seperti apa? Tersisih dan terbuang, hidup dari belas kasihan negara dan orang lain. Itukah yang namanya kebebasan?

ADAKAH KEBEBASAN ITU?

Benarkah ada kebebasan bagi manusia? Benarkah bebas berarti lepas dari semua aturan dan tatanan yang berlaku di masyarakat secara umum? Ada sebuah film yang menceritakan kisah yang menarik. Film tersebut mengisahkan seorang suami yang juga seorang karyawan di sebuah kantor. Pria ini merasa istrinya dan aturan-aturan kantor membelenggunya, membuat dia tidak bebas. Pria ini merindukan kebebasan sejati. Bebas dari tanggung jawab di kantor tapi tetap dapat gaji, merindukan bisa bebas dari istrinya tanpa perceraian dan hidup pesta pora. Lalu solusi datang. Ada sebuah perusahaan yang dapat membuat robot sangat mirip dirinya. Robot ini berwajah dan berperawakan persisi sama dengan dirinya. Bersuara dan bertingkah laku mirip dirinya. Setelah harga disepakati maka robot dikirm dan mulai melakukan tugasnya sebagai diri si pria ini. Robot ini bekerja dengan baik dan pulang menjadi suami yang baik buat istrinya. Sementara sang pria hidup pesta pora, hidup dari satu wanita ke wanita lainnya. Namun, lambat laun kebebasan yang dia hidupi membuat dia bosan. Pria ini kembali pulang ke rumah. Melalui jendela rumah dia mengintip dan melihat bagaimana robot ini telah menjadi suami yang sangat baik. Dia melihat bagaimana istrinya sangat berbahagia. Keluarganya menjadi keluarga yang berbahagia. Si pria menginginkan kehidupannya kembali. Dia menginginkan pernikahannya kembali. Dia menginginkan pekerjaannya kembali. Kebebasan yang dia kejar ternyata menjemukan.

Jadi apakah itu kebebasan? Jangan-jangan kita mengejar kebebasan yang salah. Jangan-jangan apa yang kita pikir kebebasan adalah ternyata bukanlah kebebasan. Atau adakah yang namanya kebebasan itu? Jangan-jangan juga kita mengejar sesuatu yang tidak ada.


BEBAS? MIMPI KALI YE…???!!!
Manusia adalah makhluk terbatas. Artinya kita memang dibatasi oleh banyak hal. Ruang dan waktu membatasi kita. Sakit penyakit dan kefanaan pada akhirnya menghentikan kita. Pengetahuan kita membatasi gerak dan langkah kita. Manusia memerlukan sumber-sumber lain di luar dirinya untuk bertahan hidup. Selama manusia masih membutuhkan sumber-sumber lain di luar dirinya, maka selama itu juga manusia tidak bisa bebas. Makanya manusia bukanlah makhluk bebas. Minimal tidaklah sebebas yang sebagian orang pikirkan. Bahkan hidup kita sendiri diberikan kepada kita, dan akan diambil pada waktu-Nya kelak. Semua yang kita lakukan, kehidupan yang kita jalani akan dimintakan pertanggungan jawab. Kita tidak memiliki hidup kita. Jadi sejatinya manusia itu bukanlah makhluk bebas, dalam artian manusia bukan makhluk independen.

HAMBA KEBENARAN ATAU HAMBA DOSA
Sejatinya manusia bukanlah majikan atas hidupnya. Manusia adalah seorang hamba. Manusia diciptakan untuk melakukan kehendak Tuhan, oleh karenanya menjadikan manusia, hamba Tuhan. Namun kemudian dosa menyebabkan manusia berubah setia dan menjadi hamba dosa, karena manusia lebih suka mengikuti keinginan daging.

Galatia 5:17 mengatakan:

“Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan Roh dan keinginan Roh berlawanan dengan keinginan daging--karena keduanya bertentangan--sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.”


Apakah keinginan daging itu? Paulus mendefinisikannya dengan baik di dalam
Galatia 5:19-21:

“Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu,

penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah,
kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya. Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu--seperti yang telah kubuat dahulu--bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.”

Kemudian Paulus membandingkannya dengan keinginan roh, pada ayat 22-23

“Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan,
kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu.”


Kira-kira dari kedua definisi di atas manakah yang lebih suka kita lakukan? Jika bicara keinginan, tentu setiap kita ingin melakukan buah roh bukan? Tapi jika kita bicara dorongan hati maka kita cenderung melakukan keinginan daging. Keduanya saling bertolak belakang.

Roma 8:6 mengatakan:

“Karena keinginan daging adalah maut, tetapi keinginan Roh adalah hidup dan damai sejahtera.

Sebab keinginan daging adalah perseteruan terhadap Allah, karena ia tidak takluk kepada hukum Allah; hal ini memang tidak mungkin baginya.”

Dari mulai lahir kita cenderung menjadi hamba daging, kita mengikuti keinginan daging. Kemudian Kristus datang memerdekakan kita

“Supaya kita sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan.”Galatia 5:1

Kita dibebaskan untuk menjadi hamba Allah. Loh, kok tetap hamba? Katanya merdeka? Kok istilahnya tetap hamba? Dengan menjadi hamba Allah kita akan melakukan kebenaran, dan menjadi hamba kebenaran. Karena dengan menjadi hamba kebenaran manusia akan benar-benar menjadi manusia seutuhnya, dan dengan demikian manusia akan mengalami kebebasan sejati. Kebebasan sejati manusia adalah dibebaskan dari kehendak dosa dan dikembalikan menjadi hamba Allah. Karena memang dari awal penciptaan, manusia diciptakan untuk melakukan kehendak Allah. Manusia akan mencapai kesempurnaannya ketika manusia melayani Allah di dalam kehendak-Nya. Sebaliknya ketika manusia melayani kehendak dosa, manusia berada di bawah perbudakan dosa.


Manusia akan mengalami degradasi kemanusiaannya ketika manusia melakukan kehendak daging. Contohnya ketika terjadi kerusuhan besar di Jakarta pada bulan Mei 1998. Apa yang terjadi? Manusia menjadi jahat, bahkan secara akhlak lebih rendah dari binatang. Manusia membunuh, memperkosa, menjarah, melukai. Apa yang terjadi di bagian lain di dunia ini juga sama. Pembantaian orang Yahudi oleh Nazi Jerman, ethnic cleansing di Rwanda (tontonlah film Hotel Rwanda atau Tears Of The Sun), Idi Amin di Uganda, Pol Pot di Kamboja dan masih banyak lagi yang lain. Manusia menjadi lebih rendah dari binatang, kekejaman manusia melebihi binatang. Atas nama kebebasan, narkoba merajalela, kehamilan anak di bawah umur meningkat. Atas nama hak azasi manusia, aborsi diizinkan. Pada saat yang bersamaan orang yang mengizinkan dan menyetujui tindakan aborsi, mereka juga meneriakkan perlindungan bagi binatang. Mereka marah atas pembunuhan binatang, mereka melakukan berbagai cara agar binatang dapat dilindungi, namun, mereka dapat tidur dengan nyenyak ketika jutaan janin dibunuh. Itukah kebebasan yang diimpikan? Di luar Tuhan manusia menjadi budak-budak nafsu yang menghancurkan. Tetapi dengan menjadi hamba kebenaran, manusia akan mencapai puncak kemanusiaannya. Segala kebaikkan akan dilakukannya. Itulah kebebasan yang ditawarkan oleh Kristus.

Catatan Akhir: Peraturan dan Kebebasan

Tuhan memberi banyak peraturan kepada manusia. Buat sementara orang peraturan-peraturan tersebut seperti menghambat kebebasan mereka. Benarkah demikian? Benarkah dengan memberi peraturan Tuhan sedang mengekang kebebasan manusia?

Ada pepatah di dalam bahasa Inggris yang mengatakan: “Rules are made to protect the game, not the game made to protect the rule.” Ada permainan yang namanya sepak bola atau bola basket karena ada peraturan permainan. Peraturan-peraturan tersebut di buat untuk melindungi keindahan permainan itu sendiri. Tuhan membuat berbagai peraturan untuk melindungi kehidupan itu sendiri, sehingga kehidupan menjadi indah. Apa yang terjadi di Jakarta pada bulan Mei 1998, Rwanda, Uganda, Kamboja adalah ketika manusia tidak takut kepada hukum, dan merasa berada di atas hukum. Manusia membuat hukum semaunya sendiri. Harus ada sebuah hukum absolut yang darinya semua hukum lain berasal. Itulah Alkitab!!!!!