Jumat, 28 November 2008

Surat dari Sahabat

Surat ini dibuat oleh sahabat kami....thanks sis !! we love you... ( Sari )

Sahabat....
Ada yang bilang,,persahabatan itu seperti mata dengan tangan
Ketika tangan terluka, mata menangis
Dan ketika mata menangis tangan yang menghapus air matanya
Indahnya sebuah persahabatan...
Tapi aku bertanya, di dunia yang tidak sempurna ini..
adalah persahabatan yang demikian indah ?
Kupikir tidak..
mata tidak selalu menangis ketika tangan terluka
Dan tanganpun terkadang,,,malah menjadi penyebab kenapa mata menangis
Artinya,tak selalu seorang sahabat bisa memenuhi apa yang diharapkan darinya
dan terkadang...seorang sahabat bisa jadi orang yang menorehkan luka yang paling dalam dihati
Sahabat...
Aku memang mempertanyakanmu sebagai sahabatku...
Mempertanyakan....
Apa kau bisa setiap saat ada bersamaku untuk merangkul
ketika aku sedang sedih ?
Padahal...kau punya keluarga yang juga membutuhkanmu
Apa kau siap selalu bersikap ramah, dan tersenyum padaku
ketika beban dihatimu menumpuk berbagai macam kekesalan...
mungkin aku penyebabnya...
Dan banyak pertanyaan lain yang mempertanyakan dirimu sebagai sahabat
Sinis ya?
Sahabat...jangan marah dulu
Karena aku juga mempertanyakan hal yang sama pada diriku
Dan inilah jawabanku...
Sudah psti aku tak akan bisa selalu ada untuk merangkul mu ketika kau sedih
Aku juga mungkin terlalu sibuk,,,dan lelah untuk mendengarkan keluh kesahmu
Aku tau betapa sulitnya tersenyum ketika perasaan hati lagi gak enak
Tapi aku akan berusaha...(walau mungkin tak selalu berhasil)
sama seperti kau telah berusaha..dengan sebuah keyakinan bahwa kegagalan
adalah awal dari keberhasilan.
Berhasil jadi pribadi yang lebih baik, berhasil menjadi sahabat yang baik.
Sahabat yang selalu berlomba dalam membri, melayani dan mengasihi.
Sahabat...
Terima kasih telah bersedia bersahabat denganku
Dan dengan hati yang tulus berdoa untukku
Menerima aku apa adanya
Pada akhirnya....
Aku setuju persahabatan itu (dengan segala uneg2nya) indah
Senang bersahabat denganmu
Semoga persahabatan ini bisa sampai turun temurun.

Teruntuk sahabat yang kukasihi,,,,
Sharrie...


Selasa, 25 November 2008

GEREJA ADALAH SEBUAH KELUARGA

GEREJA ADALAH KELUARGA

Sesuatu Telah Hilang
Gereja-gereja perkotaan biasanya “berperang” untuk menarik jemaat datang berkunjung dengan selebaran dan iklan-iklan di berbagai media massa baik koran, majalah, radio maupun televisi. Isi advertising-nya kurang lebih sama, pendeta siapa yang berkhotbah (biasanya pendeta terkenal), siapa worship leader-nya, siapa artis rohani yang mengisi acaranya, di mana dan kapan kebaktian tersebut akan diadakan. Tidak lupa dicantumkan siapa nama gembala sidangnya.
Gereja-gereja tersebut pada umumnya dibangun dengan manajemen persekutuan doa atau gereja entertainment. Di mana di dalam ibadahnya sangat ditekankan sisi hiburannya. Oleh karenanya peranan pengkhotbah sangat penting. Jikalau bisa pengkhotbah yang khotbahnya lucu dan memiliki kesaksian yang agak kontroversial seperti pernah diangkat ke surga, bangkit dari kematian atau tokoh agama lain yang pindah masuk agama Kristen. Disampingi itu musisi dan tim worship, yang main musiknya setara Erwin Gutawa Orchestra dan kemampuan vokal grupnya minimal sama dengan AB Three. Namun gereja tipikal seperti ini miskin pengembalaan. Dalam arti kata tidak semua orang dibesuk atau dikenali oleh pemimpin. Jemaat datang ibadah ke tempat ‘asing’, berjumpa dengan sesama jemaat yang juga ‘asing’ karena tidak saling mengenal, dilayani oleh pengerja dan hamba Tuhan yang juga ‘asing’ baginya. Orang datang ke gereja hanya untuk memuaskan hati dan telinganya, sehingga turn over jemaat sangat tinggi. Karena jemaat akan pindah ibadah ke gereja lain yang mampu menyajikan “menu” ibadah yang lebih dahsyat lagi.
Turn over jemaat yang tinggi ini akan mempengaruhi cara hamba Tuhan dan pengerja setempat dalam melayani jemaat. Jangan harap jemaat akan dilayani dengan sentuhan pribadi (personal touch), karena toh pengerja dan hamba Tuhan setempat tidak saling mengenal dengan jemaat yang minggu ini ada, minggu depan belum tentu datang lagi. Yang kasihan adalah sebagian jemaat yang ‘setia’ setiap minggu hadir, mereka tidak tersentuh sama sekali, karena pengerja dan hamba Tuhan setempat berasumsi, kalau merekapun adalah jemaat yang datang dan pergi.
Atau sebuah gereja yang jemaatnya mencapai ribuan, wah, jangan harap mendapat perhatian pengerja dan hamba Tuhan setempat. Susah sekali rasanya jikalau harus memperhatikan dan mengenal jemaat satu persatu. Oleh karena itu banyak orang yang kepahitan dengan gereja dari sisi pelayanannya. Simaklah kisah keluhan dari salah seorang jemaat. Jemaat ini sebenarnya bukan orang sembarangan dari sisi perekonomian, dalam arti kata dia orang berada, bahkan boleh dikata sangat kaya. Namun, setelah dua tahun bergereja di salah satu mega church, di salah satu kota, beliau memutuskan pindah gereja. Karena dari pertama kali berkunjung, sampai dua tahun bergereja tidak ada satu orang pengerja atau hamba Tuhan setempat yang mengenalnya, mengajak ngobrol atau hanya sekedar telepon atau sms. Padahal, beliau sebetulnya bisa menjadi berkat bagi gereja tersebut. Di gereja barunya, dia berkata, baru sesampainya di rumah setelah ibadah, ada kurang lebih 10 orang yang meng-sms, mengucapkan terima kasih atas kehadirannya dan mengundang untuk hadir di komsel dan ibadah minggu berikutnya.
Apa sebenarnya yang hilang dari banyak gereja-gereja perkotaan. Jawabannya adalah gereja adalah keluarga. Maksudnya gereja yang dibangun di dalam semangat kekeluargaan. Itulah yang hilang.
Di dalam gereja tidak boleh ada orang asing dan yang merasa terasing. Ketika orang datang ke gereja, seharusnya mereka tidak boleh merasa datang ke tempat ‘asing’, berjumpa dengan sesama jemaat yang juga ‘asing’ baginya dan dilayani oleh pengerja yang juga ‘asing’. Mereka harus merasa datang ke rumah sendiri, ke keluarga sendiri. Berjumpa dengan sesama jemaat dan dilayani oleh para pelayan yang mereka kenal, karena merasa satu keluarga. Setiap orang memiliki “sense of belonging” terhadap gerejanya, orang-orang dan pelayanan yang ada di dalamnya.

Gereja Yang Dirancang Oleh Tuhan Yesus
Tuhan Yesus merancang gereja sebagai sebuah keluarga. Dia banyak memakai terminologi keluarga di dalam rancang bangunnya terhadap gereja. Misalnya ketika Dia mengajar murid-murid-Nya berdoa, kata pertama yang Dia gunakan di dalam doa yang kemudian dikenal sebagai Doa Bapa Kami adalah kata: “BAPA”. Atau pada saat perjamuan terakhir (The Last Supper), pada perjamuan paskah ini sebenarnya yang duduk makan semeja adalah keluarga. Jadi, di sini kita melihat bahwa Tuhan Yesus memperlakukan murid-murid-Nya sebagai keluarga-Nya sendiri. Juga di dalam narasi Injil Yohanes 1:12, dikatakan: “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.” Jika kita adalah anak-anak Allah, berarti Allah adalah Bapa kita dan sesama anak Tuhan adalah saudara sendiri. Jadi kita dengan Bapa adalah sebuah keluarga.
Di dalam surat-surat para rasul kepada jemaat-jemaat terlihat bahwa merekapun memperlakukan jemaat seperti keluarga sendiri, seperti: I Kor 4:14-15; I Tes 2:11; I Tim 1:2, 5:1-2; I Yoh 2:1, 12, 14. Dari begitu banyaknya ayat-ayat tersebut, kita yakin bahwa gereja rasuli adalah gereja keluarga, dengan semangat “fathering” dan “sonship” yang kuat.

Selasa, 18 November 2008

KEKECEWAAN DAN KEMARAHAN

KEKECEWAAN DAN KEMARAHAN

Banyak teman-teman yang bertanya, kenapa blog Saya tidak di up-date? Hehehehe sorry ya teman-teman. Bukannya Saya malas atau kekurangan ide, tapi karena Minggu lalu, menjadi minggu yang paling aneh dalam hidup Saya. Saya bergumul dengan kekecewaan dan kemarahan. Kedua hal tersebut telah menyedot habis ide kreatif dan semangat Saya untuk menulis. Perhatian Saya habis terfokus untuk kecewa dan marah. Hal-hal penting lainnya terlewatkan begitu saja. Bukannya tidak tahu atau tidak cross my mind, tapi Saya memang benar-benar tidak bergairah untuk melakukannya. Saya kehilangan gairah untuk menulis dan pelayanan, bahkan ibadahpun tidak maksimal, karena hati Saya digelayuti kedua hal di atas.
Saya kecewa karena orang yang Saya sangka teman ternyata bisa menuduh Saya untuk hal-hal yang menurut Saya sangat tidak penting. Namun, jadi serius karena diucapkan dengan serius, di forum yang serius dan di hadapan orang-orang yang terbilang pemimpin. Saya marah karena merasa difitnah dan diperlakukan dengan tidak adil. Padahal menurut Saya (yang sedang marah ini), complaint teman Saya itu terhadap Saya tidaklah sepenting dan seserius beberapa keberatan Saya terhadap dirinya, yang bukan saja berkenaan dengan kinerja, tetapi juga masalah moral. Namun toh, selama ini Saya diam saja dan berpikiran teman Saya ini sudah dewasa, baik usia dan rohani, yang tentunya tahu mana yang benar dan salah. Lagipula siapa Saya, berani menegur dia, yang pelayanannya jauh melampaui Saya. Menurut Saya seharusnya teman Saya itu bersikap yang sama seperti Saya. Kalau memang ada yang tidak berkenan di hati, kan bisa dibicarakan secara pribadi, bukannya diumbar di forum pemimpin!
Saya marah kepada pemimpin, yang mengangkat masalah sepele ini kepermukaan. Kenapa pemimpin masih mempertanyakan integritas Saya. Tidakkah cukup pembuktian atas ketulusan Saya selama lebih dari setahun melayani di bawah otoritasnya?! Masihkah Saya harus direpotkan oleh berbagai complaint yang cuma menghabiskan energi dan meninggalkan luka? Tidakkah seharusnya, beliau sebagai pemimpin bisa menyaring berbagai complaint dan membela Saya.
Saya kecewa dan marah! Oleh karenanya Saya tidak bisa menulis, tidak bisa berdoa dan tidak bisa beribadah dengan maksimal. Puji-pujian yang Saya naikkan tidak keluar dari hati yang menyembah, semua hanya lips service yang buruk. Bayangkan ini, hanya karena kecewa dan marah banyak hal baik tidak bisa Saya lakukan dengan maksimal! Saya teringat ayat yang tertulis di Amsal 4:23
“Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan”
Betapa benarnya ayat tersebut. Kemandulan rohani Saya selama 1 Minggu ini hanya diakibatkan oleh masalah sepele, yang menusuk hati amat dalam, sehingga membuat Saya tidak menjaga hati dengan waspada, akibatnya bukan kehidupan yang Saya hasilkan melainkan kematian. Kematian kepada karakter Saya. Saya jadi gampang marah, gampang berasumsi tidak baik terhadap orang lain dan keadaan (apriori/curigaan), mengasihani diri sendiri, dan cepat memutuskan sesuatu yang semestinya harus dipikirkan masak-masak. Saya membawa kematian kepada sisi kreativitas menulis saya. Saya kehilangan gairah untuk menulis dan menghasilkan karya yang sesungguhnya bisa memberkati orang lain.
Kalau dipikir-pikir dan ditimbang-timbang maka Saya ruginya banyak. Intinya kekecewaan dan kemarahan (kebencian/kepahitan) tidak membawa kebaikkan apapun. Dia hanya membawa kehancuran bahkan kematian bagi orang yang menyimpannya di dalam hati. Tidak heran, kalau Tuhan Yesus meminta kita untuk selalu mengampuni. Dibalik pengampunan ada kehidupan, damai dan sukacita.
Ingat pengampunan yang kita berikan tidak menyatakan orang yang kita ampuni itu benar dan kita salah. Tetapi yang jelas pengampunan itu membebaskan kita.

Jumat, 14 November 2008

Tentang duniaku dan Bapaku

Hai..aku Sari,,,boleh kan istri numpang nulis,,,,udah lama nih,,,


Diwaktuku masih kecil….
Aku senang di timang ibu,,,aku senang dipeluk Bapa,,,
Semua saudara mengasihiku,,,,
Semua orang menyayangiku…

Ketika aku beranjak dewasa…
Dan mulai menatap dunia….
Aku begitu senang,,,melihat dunia luar yang indah…
Penuh kemegahan , gemerlap, dan menjanjikan…

Aku ingin disana….

Aku ingin merasakan menjadi mereka….

Kini aku sudah disana..
Sudah merasakan dan menjamahnya…
Tetapi kini aku bingung,,aku letih,,aku lelah..
Entah mengapa ketika aku didalamnya…
Begitu banyak yang kukira saudara,,,ternyata…

Apakah aku begitu polos???
Ataukah memang beginilah dunia….
Sanggupkah aku menghadapinya,,,tetap seperti dulu,,,
Tulus…pasrah,,,,naif??
Ataukah aku harus seperti mereka??
Haruskah aku jadi seperti mereka???

Tapi aku ingat…aku masih punya keluarga…
Aku punya Bapa,aku punya ibu,,aku masih banyak punya saudara..
Aku masih punya rumah,,untuk setiap saat aku pulang…
Banyak saudaraku,,,sahabat sejatiku,,,
Yang tidak pernah mengangap aneh cara bercandaku..yang polos,,sederhana..atau kah kampungan ???
Yang tidak pernah marah menghadapi debatku kepada mereka bila pernah,,
Yang bisa menerimaku apa adanya…
Yang tulus mengasihiku…mendukungku,,, menyemangatiku..
Yang masih tau,,kalau aku juga tulus mengasihi mereka,,,

Apalagi,,,ketika aku ingat Bapaku,,
Aku hanya perlu memandang Bapaku
Tidak perlu bicara banyak,,,,
Bapa sudah mengerti hatiku,,,
dan Dia pasti segera menghampirku
Dia segera memelukku,,,ah….leganya…
Bapaku baik,,,bijaksana,,,dan tau aku sangat mengasihiNya
Aku mau lakukan apa saja…
Cuma untuk dia..walaupun yang lain tidak tau,,,

Bapaku baik,,, saat aku letih seperti ini,,,
Dia tidak Cuma menuntunku,,,bahkan dia menggendongku…
Menimangku…membuaiku…
Ah,,,Bapaku,,,,baik sekali dia…

Aku percaya…di depanku masih banyak warna lagi…
Ada yang cerah,,,ada yang kelam,,,
Tapi itu membuat hidupku makin berarti,,
Membuatku makin dewasa…

Aku hanya perlu memandang bapaku…
Dan aku tidak pernah dikecewakannya…
Bapaku yang terhebat…Bapaku yang terbesar bagiku..
Aku gak perduli dunia buat apa terhadapku,,,
Asal ada bapaku,,,,aku berani menghadapinya
Asal ada bapaku,,,, aku yakin bisa menjalaninya…
Sebab Bapaku,,,Bapa yang sungguh mengasihiku…


Tabitha Restia Sari
14 november 2008

Kamis, 13 November 2008

INDONESIA OH INDONESIA 2

INDONESIA OH INDONESIA 2

Saya berasumsi teman-teman sudah membaca tulisan Saya: “Indonesia Oh Indonesia 1”. Nah, pada tulisan kedua ini, Saya mau mengemukakan pendapat Saya tentang penghambat utama kemajuan Indonesia. So, mungkin rasanya agak sedikit subyektif. Maklum aja deh. Kan, juga nulisnya diblog sendiri. So, suka-suka eke dong….hehehehe

Menurut Saya masalah terbesar bangsa Indonesia ada pada pemimpin dan rakyatnya yang masih dihinggapi oleh roh feodalisme. Yang Saya maksud dengan roh feodalisme adalah ketika seseorang diangkat menjadi pemimpin, dia merasa menjadi seperti raja-raja yang pernah menguasai bumi nusantara tempo doeloe. Merasa berhak atas seluruh kekayaan negara dan bangsa yang dipimpinnya. Sehingga masa berkuasa tidak dianggap sebagai masa untuk berbakti bagi rakyat, bangsa dan negara, tetapi sebagai masa memperkaya diri dan konco-konco sendiri. Bodo amat dengan rakyat. Toh, mereka hanya wong cilik yang dapat dibodohi. Kekuasaan dan kekayaan adalah milik Saya dan keluarga turun temurun. Pemilu boleh diadakan 5 tahun sekali, namun yang menang harus orang sendiri. Maka ditaruhlah anak, keponakan, ipar, adik, istri sebagai daftar caleg. Habis enak sih jadi pejabat, bergelimang harta dan kehormatan. Aduh….mau dong….. Ih, amit…amit jabang baby…!
Maka berlomba-lombalah setiap orang untuk menjadi pejabat. Orang baik ataupun orang yang memang dari sononya sudah jahat, curang, rakus dan serakah! Mereka bercampur baur dan mengklaim diri mereka sebagai orang baik, pahlawan, pembela rakyat kecil, jujur dan anti korupsi. Tapi….Ah, mana tahu, siapa yang benar-benar baik, jujur, dan pembela rakyat kecil, dengan yang buto cakil, Rahwana, yang baik hanya ketika kampanye doang dan lupa sama janjinya ketika terpilih. Eling, mas….Eling….! Kalo sudah gicu, salah gak sih….kalo ada yang berniat golput……Habis, kita kan takut salah pilih. Kita pikir Sri Rama, eh, tahunya Rahwana…. Habis, perawakan dan kata-katanya (janjinya) sama sih! Atau awalnya memang Sri Rama, lambang kebaikkan, kejujuran dan ksatria. Namun, ketika di atas mana tahaaaan dengan godaan setan feodalisme. Jadi lupa deh sama janjinya. Nah, daripada salah pilih, kan, mendingan golput! Aduh, boleh golput gak ya…..?!
Banyak pendeta suka khotbah tentang bangsa Israel yang pergi meninggalkan Mesir, namun, kata mereka : “Apakah Mesir sudah meninggalkan hati mereka?” Sehingga di padang pasir, mereka masih suka ingat Mesir dan kepingin kembali ke sana, pake maksa segala. Nah, masa kerajaan dan penjajahan fisik bangsa-bangsa asing sudah lama berlalu dari bangsa Indonesia. Bahkan, kini sudah 63 tahun berlalu sejak Soekarno-Hatta memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Namun, sebagian rakyat bangsa ini masih menganggap pemimpin mereka sebagai raja atau sultan yang berhak memperlakukan negeri ini dan seluruh kekayaannya sebagai milik pribadi. Benar atau salah dia adalah junjungan kita. Yang harus dibela, bahkan dengan berkorban nyawa sekalipun. Weleh…weleh…. Hal ini palling terlihat ketika kampanye tiba. Kalo junjungannya kalah dalam pemungutan suara, pendukungnya, kan, belum tentu kalah dalam adu otot di jalan, membereskan masalah tawuran setelah pemilu lebih repot daripada membereskan adu mulut semasa kampanye.
Contoh lainnya terlihat dari bangsa ini memperlakukan para pejabat tempo dulu. Biarpun beliau-beliau itu salah, tetap saja dipuji dan dipuja. Bahkan dianggap pahlawan. Saya tidak akan heran kalau suatu saat mantan-mantan pejabat itu akan dianugerahi gelar pahlawan nasional?! Bah!
Kita terlalu gampang melupakan. Memang mengampuni dan melupakan harus seperti dua sisi keping mata uang logam. Namun, dalam hal ini kita harus tetap ingat kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh oknum-oknum tertentu. Sebagai bahan pembelajaran untuk generasi mendatang sehingga mereka atau kita tidak melakukan hal yang sama.
Ini cuma pendapat Saya loh…..

Sabtu, 08 November 2008

Indonesia Oh Indonesia 1

E-mail ini masuk ke inbox Saya beberapa hari yang lalu. Saya tidak tahu apakah peristiwa yang diceritakan di sini benar-benar terjadi atau tidak. Namun, ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari isi e-mail ini. Semoga bisa menjadi pembelajaran buat setiap kita.

Hey, sadar!!!!! Indonesia is a big and rich country. Tapi Kudu dikelola dengan bener!!!

SEBUAH RENUNGAN...


Suatu pagi di Bandar Lampung, menjemput seseorang di bandara. Orang itu sudah tua, kisaran 60 tahun. Sebut saja si Bapak.

Si Bapak adalah pengusaha asal Singapura, dengan logat bicara gaya melayu, english, (atau singlish?) beliau menceritakan pengalaman-pengalaman hidupnya kepada kami yang masih muda. Mulai dari pengalaman bisnis, spiritual, keluarga, bahkan percintaan hehehe..

"Your country is so rich!"

Ah, biasa banget kan denger kata2 begitu. Tapi tunggu dulu..

"Indonesia doesnt need the world, but the world need Indonesia "
"Everything can be found here in Indonesia, You dont need the world"
"Mudah saja, Indonesia paru2 dunia.. Tebang saja hutan di Kalimantan, dunia pasti kiamat. Dunia yang butuh Indonesia !"

"Singapore is nothing, we can’t be rich without Indonesia. 500.000 orang Indonesia berlibur ke Singapura setiap bulan. Bisa terbayang uang yang masuk ke kami? apartemen2 dan condo terbaru kami yang membeli pun orang2 Indonesia, tidak peduli harga yang selangit, laku keras. Lihatlah rumah sakit kami, orang indonesia semua yang berobat."

"Kalian tahu bagaimana kalapnya pemerintah kami ketika asap hutan Indonesia masuk? Ya, benar2 panik. Sangat berasa, we are nothing."

"Kalian tidak tahu kan kalau Agustus kemarin dunia krisis beras. Termasuk di Singapura dan Malaysia ? Kalian di Indonesia dengan mudah dapat beras"

"Lihatlah negara kalian, air bersih di mana2.. lihatlah negara kami, air bersih pun kami beli dari Malaysia. Saya pernah ke Kalimantan, bahkan pasir pun mengandung permata. Terlihat glitter jika ada matahari bersinar. Petani di sana menjual Rp.3000/kg ke sebuah pabrik China. Dan si pabrik menjualnya kembali seharga Rp 30.000/kg. Saya melihatnya sendiri"

"Kalian sadar tidak kalau negara2 lain selalu takut mengembargo Indonesia ? Ya, karena negara kalian memiliki segalanya. Mereka takut kalau kalian menjadi mandiri, makanya tidak di embargo. harusnya KALIANLAH YANG MENG-EMBARGO DIRI KALIAN SENDIRI. Belilah dari petani2 kita sendiri, belilah tekstil garmen dari pabrik2 sendiri. Tak perlu kalian impor jika bisa produksi sendiri."

"Jika kalian bisa mandiri, bisa MENG-EMBARGO DIRI SENDIRI, Indonesia will rules the world.."

Selasa, 04 November 2008

ELING

E L I N G

Menurut Franz Magnis Suseno, dari seluruh falsafah Jawa, mungkin yang paling penting adalah "Eling". Apakah Eling? Eling berarti "Ingat". Mengapa penting? Karena manusia seringkali lupa. Lupa kepada diri sendiri, yang sering kita sebut "Lupa Diri". Lupa diri bisa menjadi berbahaya. Kata lain dari lupa diri adalah "Khilaf". Waktu kita di supermarket atau mall kita khilaf memborong semua barang obralan (dengan alasan klasik "mumpung lagi murah!"). Eh, tahu-tahu semua uang kita ludes…des…desss! Dan mau tidak mau kita menggesek kartu kredit, maka hutang bertambah, beban bertambah. Jika kita menunda-nunda membayarnya maka bunga kartu kredit terus berjalan, yang berarti hutang kita terus bertambah. Jika kita tidak sanggup lagi membayar maka debt collector akan menteror kita. Ujung-ujungnya kita akan berbohong dan "ngajarin" anak/pembantu/keponakan/adik atau siapa saja untuk berbohong. "Kalo Oom yang kemarin datang, katakan saja Saya tidak ada ya!" Padahal kita sedang ngumpet di kamar atau "main" ke rumah tetangga. Bayangkan hanya karena kita "Lupa Diri" masalah dapat menjadi sekompleks itu. Itu baru satu kasus, ada banyak kasus lainnya yang tidak kalah tragisnya. Sebagai contoh lain, Ketika seorang pemuda yang tega membunuh ayahnya sendiri diwawancarai, mengapa ia melakukannya, dengan enteng dia menjawab: "Saya khilaf!"
Ada lagi "Lupa" yang lain yaitu yang kita sebut "Lupa Daratan". Lupa daratan bukannya Superman keenakan terbang lalu lupa turun. Tapi, lupa daratan adalah ketika kehidupan seseorang sedang enak-enaknya, mungkin karena naik jabatan atau dapat lotre atau tiba-tiba jadi artis terkenal, dia lupa dari mana dia berasal dan lupa kepada 'Sang Pemberi Berkat". Lupa jenis begini sering kita sebut dengan kacang lupa kepada kulitnya. Waktu sedang susah dia rajin ke gereja, rajin bidstone (ibadah doa), doa sambil nangis-nangis. Tetapi ketika Tuhan sudah memberkati, dia jadi terlalu sibuk untuk ke gereja, tidak punya waktu untuk bidstone. Intinya adalah dia lupa bersyukur kepada Tuhan. Waktu susah, sering "nongkrong" bareng teman-teman, tapi cerita jadi lain ketika dia diberkati. Tiba-tiba dia merasa tidak pantas bergaul dengan teman-temannya lagi. Dia terlalu tinggi menghargai dirinya sendiri, sehingga "lupa" bahwa dia masih menginjak bumi. Itulah Lupa daratan!
Masalah Lupa ini sangat berbahaya. Manusia lupa darimana dia berasal, dia ada oleh karena siapa dan dia akan berakhir kembali kepada siapa. Oleh karena itu manusia bertindak seenaknya, seolah-olah dia tidak akan mempertanggungjawabkan segala perbuatannya suatu saat kelak. Manusia menjadi tuhan bagi dirinya sendiri. Manusia jadi tidak takut dosa lagi, tidak takut murka Tuhan lagi. Oleh sebab itu muncullah manusia-manusia seperti Hitler yang membantai 6 juta orang Yahudi, Pol Pot, yang membantai sekitar 2 juta rakyat Kamboja, Idi Amin yang membantai puluhan ribu rakyat Uganda. Dan tentu saja para koruptor bangsa kita, Indonesia ini. Yang sudah tidak punya malu lagi. Juga otak dan pelaku kerusuhan Mei 1998. Yang telah membumihanguskan harta benda dan nyawa ribuan orang. Juga perkosaan terhadap salah satu etnis minoritas di republik ini, yang dengan tega di sangkal kejadiannya oleh pemerintah. Mereka lupa bahwa mereka harus mempertanggungjawabkan setiap perbuatannya kepada Tuhan yang menjadikan langit dan bumi.
Ratusan gereja dibakar, dirusak dan dihancurkan. Ribuan orang tidak boleh beribadah di rumah ibadahnya sendiri. Celakanya para "oknum" itu dengan senang hati melakukannya, sebagai salah satu bentuk ibadah kepada tuhan!!!???
Oleh karena itu manusia harus E L I N G ! ! ! Harus ingat. Ingat bahwa dirinya berasal dari Tuhan, diciptakan segambar dan secitra dengan Tuhan. Bahwa dia ada dan bisa semua oleh karena anugerah Yang Maha Kuasa. Bahwa manusia diciptakan untuk kemuliaan Tuhan. Roma 11:36. Dan manusia juga harus ELING bahwa kita akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita di pengadilan illahi. Matius 16:27; Roma 2:6-8; Wahyu 20:13; Pengkhotbah 11:9.
Keadaan Eling ini harus senantiasa kita budayakan dalam kehidupan kita, niscaya kita akan hidup lurus dan benar. Ingat E L I N G ! ! !

LOVE YOUR JOB BUT NOT YOUR COMPANY

Baru-baru ini ada kata-kata mutiara yang mampir ke e-mail Saya, yang bunyinya: "LOVE YOUR JOB BUT NEVER FALL IN LOVE WITH YOUR COMPANY BECAUSE YOU NEVER KNOW WHEN IT STOPS LOVING YOU."

Apa sih cinta itu? Jujur saja, Saya tidak mampu untuk mengerti sepenuhnya apa itu cinta sehingga tidak mampu mendefinisikannya.

1 Yohanes 4:8 & 16 mengatakan bahwa Allah adalah kasih. Jadi wajar saja jika Saya tidak memiliki kemampuan untuk itu. Karena, untuk seseorang mengerti sesuatu hal, orang tersebut harus lebih besar dari sesuatu tersebut. Jadi bagaimanakah mungkin Saya bisa mengerti cinta? Jika Saya dapat mengerti sepenuhnya apa itu cinta, maka Saya lebih besar daripada Tuhan. Karena Tuhan adalah kasih.

Tidak, Saya tidak mengerti sepenuhnya apa itu cinta, tapi, Saya dapat merasakan cinta. Nah, itulah hebatnya cinta. Kita tidak perlu tunggu mengerti, baru bisa jatuh cinta, kita hanya perlu merasakannya dan terhanyut terbawa sungai perasaan cinta.
Cinta bukan mesin pesawat terbang, yang untuk dapat mengemudikannya kita harus mengerti banyak hal. Bahkan harus sekolah bertahun-tahun dan fisik harus sempurna. Namun cinta, ah… bahkan seorang buta hurufpun bisa jatuh cinta.

Seperti Tuhan, kita tidak harus mengerti (dan memang tidak akan pernah bisa) Tuhan. Kita dapat merasakan Tuhan melalui banyak hal, misalnya dengan: suara hati nurani, kasih seorang ibu terhadap anaknya, magnet asmara di antara sepasang kekasih, pengabdian seorang guru di pedalaman, ketabahan seseorang ketika menghadapi goncangan, dan masih banyak lagi. Tuhan tidak pernah menyembunyikan diri-Nya. All we need to do is open our heart to see Him.

Orang menjadi atheis karena mereka mencoba mengerti Tuhan dan mereka tidak akan pernah bisa mengerti. Jadi mereka mengklaim bahwa Tuhan tidak ada. Atau kalaupun Tuhan ada, pastilah Dia sudah lama mati atau ada, namun tidak ambil pusing dengan urusan manusia di dunia yang semakin kacau ini. Dalam hal ini kaum atheis hendak mengerti dulu baru percaya. Namun di sinilah mereka salah. Jika Tuhan dapat dimengerti maka Dia bukan lagi Tuhan. Karena, sekali lagi untuk mengerti sesuatu kita harus lebih besar dari sesuatu itu. Jika kita dapat mengerti Tuhan, maka kita lebih besar dari Tuhan. Pada saat kita lebih besar dari Tuhan maka Dia bukan lagi Tuhan.

Di sinilah kita melihat kasih Tuhan yang luar biasa. Kita tidak tunggu mengerti Dia baru boleh percaya. Seorang terpelajar maupun buta huruf, sehat maupun sakit, normal maupun cacat, semuanya dapat mengenal Dia. Tinggal percaya saja dan terhanyutlah oleh sungai asmara-Nya. Pengenalan akan Dia terbuka buat siapa saja. Tuhan membuka diri-Nya bagi siapa saja.

Kembali ke Cinta. Cinta cuma dapat dirasakan. Cinta adalah perasaan berharga, kita berharga dan orang lain juga berharga. Cinta adalah ketika perasaan dibutuhkan dan membutuhkan saling bertautan di dalam hati. Ketika perasaan menyayangi dan disayangi bercengkerama di dalam lautan kehidupan. Perasaan diterima dan menerima bersanggama di dalam getaran hati yang terpancar melalui pandangan mata, senyuman dan sentuhan lembut. Keinginan untuk memberikan yang terbaik menjadi tekad yang membaja di dalam hati. Ketika memaafkan, seperti aliran sungai yang tidak pernah kering. Cinta adalah ketika kebencian dibalas dengan cinta.

Kembali ke kata-kata mutiara di atas yang menurut keterangannya di ucapkan oleh DR. Abdul Kalam. Saya pikir-pikir ucapan tersebut ada benarnya juga. Masalah terbesar di dalam percintaan adalah ketika pribadi atau sesuatu yang dicintai berubah setia.

Perusahaan adalah pecinta yang buruk. Dia hanya mencintai kita, selama dia membutuhkan kita. Atau dengan lain kata, selama kita menguntungkan bagi dirinya. Ketika kita sudah dianggap tidak menguntungkan maka siap-siaplah kita ditendang dan dia beralih ke lain hati. Habis manis sepah dibuang. Banyak orang yang sudah mengorbankan segala-galanya bagi perusahaan, namun ketika masanya tiba, maka dengan sangat tega perusahaan memutus cinta. Kita bisa berdalih: “Saya kan sudah banyak berjasa bagi perusahaan ini!” Perusahaan akan menjawab: “Lho, kamu kan kerja di sini enggak gratis, Kami membayar gajimu loh, berikut tunjangannya lagi! Jadi jasa kamu ya sudah impas!” Aduh….Sakit sekali…Percis seperti sakitnya orang patah hati.

Jadi apa dong yang harus kita lakukan? Apa kerja bermalas-malasan. Dan tidak professional? Ya, tidaklah. Kan, sudah dibilang love your job. Kerjakan sebaik kita bisa, seprofesional mungkin. Buat setiap orang terkagum-kagum dengan hasil kerja kita. Namun, jika datang kesempatan bagus, kenapa tidak dicoba?! Mumpung masih menguntungkan, masih produktif dan masih dibutuhkan. Jika perusahaan lama menahan kita dengan kenaikkan jabatan, gaji, dan tunjangan, nah, kan memang maksudnya ke situ.