Selasa, 12 Januari 2010

TIDAK ADA YANG GRATIS DI DUNIA INI

Judul di atas belakangan ini semakin menguat di dalam benak saya. Semakin lama semakin membuat saya sadar bahwa memang tidak ada yang gratis di dunia ini. Kasihan ya, Saya yang baru sadar :-(

Zaman nenek moyang kita dahulu, sebelum ada alat tukar yang namanya uang, mereka melakukan transaksi secara barter, tukar barang dengan barang. Namun, dengan berkembangnya dunia dan melalui berbagai evolusi, uang muncul menggantikan barter ( Silahkan pembaca klik ke http://id.wikipedia.org/wiki/Uang untuk lebih jelasnya mengenai sejarah uang). Namun apakah barter benar-benar hilang? Tidak! Sistem barter tidak pernah benar-benar hilang. Dia menjadi sistem pembayaran yang tidak terlihat, namun ada dan kita harus membayarnya, seringkali tanpa kita menyadarinya. Bagi kebanyakan kita setelah membeli sesuatu, membayarnya dengan uang lalu selesai. Padahal tidak sesederhana itu. Sewaktu kita membeli sesuatu dengan uang, sebenarnya kita juga membarter sesuatu yang kita atau orang lain miliki. Contohnya, kita membeli sebuah mobil. Kita membayarnya dengan uang, lalu membawa mobil tersebut pulang dari dealernya, selesai?! Tidak! Kita membayar lagi dengan sistem barter. Apa yang kita barter? Kita membarternya dengan cadangan sumber tenaga yang kian menipis, kita membarternya dengan udara bersih buat kita dan makhluk lain bernafas, karena gas emisi buang membuat polusi, akibatnya kualitas kesehatan menurun.

Untuk memenuhi berbagai kebutuhan manusia, kita membeli barang-barang di supermarket atau shopping centre. Cari barang kebutuhan, bayar lalu selesai. Benarkah? Tidak! Untuk membuat barang kebutuhan, pabrik dibangun. Kita membarternya dengan polusi mencemari air dan udara, sampah-sampah yang tidak bisa diurai dalam waktu yang singkat, yang pada akhirnya menyebabkan global warming. Dan masih banyak lagi harga yang harus kita bayar tanpa kita menyadarinya.

DOSA

1. Ada Harganya

Berdasarkan pemahaman bahwa tidak ada yang gratis di dunia ini demikian pula di dalam dunia kerohanian. Keselamatan yang diberikan kepada kita tidak gratis.

"Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas,
melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat."
1 Petrus 1:18-19


1 Petrus menjelaskannya dengan gamblang. Allah membayar hutang dosa kita dengan nyawa Putra Tunggal-Nya sendiri. Jadi keselamatan tidaklah gratis. Ada harganya dan MAHAL!!!!
Berarti untuk berbuat dosa ada harga yang harus dibayar? Ya! Dosapun tidak gratis! Ada harganya. Dan harganya mahal, makanya manusia tidak mampu membayar harganya, hanya Allah yang sanggup, itupun dengan sistim barter, Dia membarter Putra-Nya untuk menebus kita.

"Kristus telah menebus kita dari kutuk hukum Taurat dengan jalan menjadi kutuk karena kita, sebab ada tertulis: "Terkutuklah orang yang digantung pada kayu salib!"
Galatia 3:13

Nah, di sini kita masuk kepada sistim barter. Sewaktu kita akan berbuat dosa tanyakan pertanyaan ini: “Apa yang sebenarnya sedang Saya tukar/barter ketika Saya melakukan dosa ini?” Harga dosa itu mahal, dan konyolnya barang yang kita dapatkan tidaklah sebagus harganya. Harga dosa tidak ada dibanderolnya, anda tidak akan menemukan barcode harga pada dosa. Anda suka, tergoda lalu lakukan transaksi dosa, setelah itu baru harganya di kasih tahu, biasanya dengan perasaan sesal, namun, apa daya, sesal kemudian tak berguna kan? Lalu kita menjadi customer fanatik dari dosa tersebut, nyesal sih, tapi apa daya……

• Adam membayarnya/membarternya dengan kemuliaan Tuhan.
• Esau membayarnya/membarternya dengan hak kesulungannya.
• Bangsa Israel membayarnya/membarternya dengan 40 tahun di padang gurun.
• Korah, Datan dan Abiram membayarnya/membarternya dengan nyawanya dan nyawa 14.700 orang lainnya.
• Musa membayarnya/membarternya dengan hak untuk memasuki Tanah Perjanjian.
• Simson membayarnya/membarternya dengan kehormatan dan kekuatannya.
• Saul membayarnya/membarternya dengan takhtanya.
• Daud membayarnya dengan nyawa anak yang dikandung Batsyeba.
• Amnon membayarnya/membarternya dengan nyawanya dan pemberontakan Absalom.
• Salomo membayarnya/membarternya dengan perpecahan kerajaannya.
• Yunus membayarnya/membarternya dengan perut ikan.
• Imam Eli dan anak-anaknya membayarnya/membarternya dengan hak keimamannya.
• Herodes membayarnya/membarternya dengan nyawanya (ditampar malaikat)
• Yudas membayarnya/membarternya dengan nyawanya.
• Ananias dan Safira membayarnya/membarternya dengan nyawanya.
• Anak-anak Skewa membayarnya/membarternya dengan harga dirinya.
Tanyakan terus menerus pada diri Anda: “Apa sebenarnya yang sedang Saya bayar/barter ketika Saya berbuat dosa ini?”


2. Tidak ada Gold Membership Yang Ada Hanya Platinum Membership

Ada godaan dosa yang mengatakan: “Ayolah coba sekali saja, ini gak akan membunuh kamu kok!” Lalu akhirnya kita mendapati diri kita terikat dengan dosa tersebut. Berapa banyak para morfinis, drugs addict yang “hanya” coba-coba lalu keterusan??? Dari sebutir pil ekstasi, atau satu suntikan, atau satu sebatang ganja lama-lama daya toleransi tubuh kita terhadap zat-zat adiktif tersebut meningkat dan tahu-tahu kita sudah ketagihan dan mendapatkan kartu keanggotaan paltinum.

Pornografi juga mengikat. Dulu kurang lebih 15 - 20 tahun yang lalu untuk mendapatkan materi pornografi itu sangat sulit dan harganya mahal. Namun kini dengan perkembangan tekhnologi digital, tidak sulit dan murah untuk mendapatkan berbagai materi pornografi. Dari satu film porno ke film lainnya, dari satu website dewasa ke website lainnya. Lama-lama kita menjadi ketagihan dan tanpa sadar “harus” memenuhi kebiasaan biologis tersebut. Tidak ada yang bisa bebas dari dosa dengan mudah. Kita pribadi harus membayar harganya. Kadang dengan nyawa kita. So, don’t underestimate sins!!!

3. Suka Atau Tidak Dosa Itu Diwariskan

Pernikahan yang dipenuhi perselingkuhan sedang membarter kebahagiaannya dengan perceraian dan sakit hati 1 generasi dan yang akan mewarisinya kepada generasi berikutnya. Seorang kenalan, produk dari rumah tangga yang hancur karena ayah yang selingkuh pernah berkata: “Saya tidak akan menjadi seperti ayah saya.” Bertahun-tahun kemudia dia menikah dan ternyata dia selingkuh dan meninggalkan anak istrinya. Dia menjadi sama seperti ayahnya yang dia benci. Apa yang terjadi dengan anak-anaknya? Jika mereka tidak mengampuni ayahnya dengan kasih Kristus, tentu nasib mereka sudah jelas, akan ada pengulangan sejarah.

Pernahkah Anda berpikir: “Kenapa ya, Adam dan Hawa yang berbuat dosa, koq, kita yang kena getahnya?” Saya pernah! Jawabannya sederhana, karena di dalam diri Adam ada potensi 6 milyar penduduk bumi saat ini. Sehingga sewaktu dia berdosa dia membawa/mengakibatkan potensi tersebut menjadi tercemar. Sehingga kita diperanakkan di dalam dosa. Singkatnya dosa itu diwariskan. Untuk bebas dari dosa, Perjanjian Baru memakai istilah lahir baru dari benih Adam kedua, yakni Kristus.

“Seperti ada tertulis: "Manusia pertama, Adam menjadi makhluk yang hidup", tetapi Adam yang akhir menjadi roh yang menghidupkan.”
1 Korintus 15:45


“Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus.”
1Korintus 15:22

“Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. “ Roma. 5:15

Perpecahan dan dosa-dosa raja-raja Israel (berikut umat Israel) diwariskan oleh Salomo yang hatinya berpaling kepada berhala-berhala para istrinya. Berikutnya para raja Israel dan Yehuda mewariskannya kepada keturunannya. Ingatlah, ketika kita berdosa kita sedang mewariskan kutuk bukan saja kepada hidup kita namun hidup keturunan kita, meski mereka belum dilahirkan.

“Engkaulah yang menunjukkan kasih setia-Mu kepada beribu-ribu orang dan yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya yang datang kemudian. Ya Allah yang besar dan perkasa, nama-Mu adalah TUHAN semesta alam,”
Yeremia 32:18

Sebaliknya sewaktu kita hidup benar, maka berkat orang benarpun akan kita wariskan kepada anak cucu kita meski mereka belum dilahirkan.
(Mzm. 37:25).

Diperlukan Tuhan Yesus Kristus sebagai raja terakhir Israel, untuk mematahkan kutuk keturunan tersebut dan membangun kembali pondok Daud dan kerajaan Israel seperti gambaran Allah Bapa. Diperlukan Adam kedua yang sempurna yakni Tuhan Yesus Kristus untuk mematahkan dosa warisan Adam, sehingga kita semua dapat hidup benar dan kudus.

Apa yang sedang kita tukarkan hari ini?

http://leoimannuel.web.id/