Jumat, 07 Mei 2010

GO MAKING LIFE BETTER

Pagi itu dengan langkah cepat Saya menyeberang jalan di depan kantor.

Sesampainya di seberang, tampak seorang ibu tua beserta cucunya kesulitan untuk menyeberang jalan ke arah sebaliknya. Maklum pagi itu lalu lintas agak padat dan semua kendaraan berlalu buru-buru menuju ke tujuan masing-masing. Tidak ada yang mau memberi jalan kepada seorang ibu tua dan cucunya.

Begitulah wajah jalanan kota Jakarta, Diisi oleh pengendara yang terburu-buru, macet dan semrawut, hal ini membuat setiap orang menjadi egois. Saling serobot yang penting sampai di tujuan dengan cepat. Kendaraan umum yang menaikkan dan menurunkan penumpang di sembarang tempat yang dia suka, kadang malah di tengah jalan.

Yah, Jakarta diisi oleh orang-orang yang sibuk dan cenderung egois.

Kembali kepada Saya. Karena terburu-buru dan terkondisikan menjadi egois. Saya berjalan melewati ibu tua dan cucunya tersebut dan berbelok jalan.

Namun, hei! suara hati Saya menyindir: "Ayo, teruslah melangkah, teruskanlah gaya hidup tidak perduli dengan sekitarmu, toh, ini kota yang egois dengan penduduknya yang juga egois!"

Tiba-tiba Saya sadar, hati nurani Saya menggugah Saya. Saya merasa menjadi orang yang jahat, menjadi seperti orang Lewi dan Imam dalam perumpamaan Tuhan Yesus tentang Orang Samaria Yang Murah hati (Lukas 10:25-37).

Saya tidak mau hidup egois, Saya tidak mau hidup di dalam ketidakperdulian. Hati nurani Saya tidak mengizinkannya.

Setelah hati Saya berubah, Saya melihat peluang untuk menjadi pelaku firman. Ketika hati Saya perduli dengan sekeliling, Saya melihat yang tadinya merupakan beban, menjadi peluang untuk berbuat baik dan menjadi pelaku firman.

Saya cepat berbalik arah berharap semoga ibu tua tersebut belum menyeberang jalan atau seseorang lain menolongnya menyeberang jalan. Dan..... Mereka masih di sana kebingungan bagaimana cara menyeberang jalan. Dengan lembut Saya menawarkan bantuan: "Ibu, ingin menyeberang? Mari Saya antar." Dengan perasaan lega ibu tua dan cucunya tersebut mengiyakan tawaran Saya. Hanya perlu beberapa detik buat Saya menyeberangkan mereka berdua dan perjalanan Saya hanya tertunda sekitar 2 menit. Namun, dengan waktu yang singkat tersebut Saya sudah menjadikan hidup seseorang menjadi lebih baik dan memberikan pesan positif kepada mereka bahwa di Jakarta masih ada orang baik dan perduli dengan keadaan.

Dengan senyum yang tersungging Ibu tua tersebut mengucapkan terima kasih dan berjalan masuk ke dalam area gedung Istana Kana. Ahh... Rupanya ibu tua tersebut pasien Klinik Kana. Entah siapa yang sakit, ibu tua tersebut atau cucunya. yang jelas mereka dapat berobat dan dilayani oleh dokter-dokter dan suster-suster yang baik di Klinik Kana.

Ternyata membuat hidup orang lebih baik itu mudah. Semudah berbalik arah, semudah merelakan kursi kita di ruang tunggu, MRT atau bus kota diambil oleh orang lain, semudah mengunjungi seseorang di rumah sakit, semudah mengirimkan kalimat-kalimat atau cerita-cerita yang mengugah semangat atau ayat-ayat firman Tuhan melalui SMS, BBM atau e-mail.

Ternyata untuk membuat hidup orang lebih baik itu tidak perlu perkara-perkara sulit dan susah, tidak perlu dengan biaya tinggi.

Putuskanlah untuk berbuat baik, mungkin itu tidak akan memberi dampak yang luas, namun, minimal kita yakin dunia sudah kehilangan satu orang egois.

Ayo, tekadkan dan lakukan sesuatu yang akan membuat hidup orang lebih baik hari ini.

SALAM GO MAKING LIFE BETTER!!!
By J. Leo Imannuel
Executive Minister Gereja Alpha Omega Community, Jakarta