Kamis, 17 Maret 2011

PORNOGRAFI

Suatu kali saya menjadi utusan sinode untuk menghadiri munas salah satu lembaga gereja aras nasional, di suatu kota, di sebuah hotel. Salah satu kejadian menarik yang saya alami adalah ketika di sela-sela waktu rehat munas saya turun tangga ke arah basement dan saya melihat dua buah patung perempuan yang diletakkan di sisi kiri dan kanan pintu masuk ke lobby hotel dari parkiran mobil basement, ditutupi kain putih sampai sebatas leher. Seingat saya tradisi pembungkusan patung, arca maupun gapura hanya ada pada masyarakat Hindu, teristimewa di Bali. Itupun yang dibungkus kain bercorak hitam putih khas papan catur adalah patung dewa dan gapura yang bernilai keagamaan. Tidak pernah patung perempuan sebagai penghias dekorasi sebuah hotel berarsitektur gaya renaissance Eropa ditutupi oleh kain.

Iseng-iseng saya bertanya kepada Pak Satpam penjaga pintu, mengapa patung dibungkus kain putih? Pak Satpam menjawab berhubung mentri agama mau datang ke hotel tersebut, dan kedua patung perempuan tersebut agak vulgar dan cenderung berbau pornografi. Jadi atas nama rasa segan kepada mentri agama kedua patung tersebut ditutupi.

Saya tertawa geli di dalam hati mendengar alasan management hotel menutupi kedua patung perempuan tersebut. Mengapa? Karena pertama, kedua patung tersebut diletakkan di basement. Suatu lokasi di mana seorang mentri tidak akan menginjakkan kakinya, karena bukankah dia memiliki supir, yang akan men-drop-nya langsung di depan lobby? Sesuatu yang tidak kelihatan tidak akan menimbulkan syak wasangka bukan?

Kedua, tindakan menutupi kedua patung perempuan tersebut sebenarnya menyatakan bahwa keberadaan patung-patung tersebut salah dan melanggar etika kepatutan, moral dan iman. Namun, pihak hotel sengaja meletakkannya di sana, alias sengaja melanggar hukum dan norma-norma moral dan etika. Lalu dengan nakal mencoba menutupinya dari pandangan seorang menteri agama. Ketika sang mentri pergi, pembungkus patung dibuka kembali. Tindakan tersebut sebenarnya hendak mengakali seorang mentri agama, yang nota bene adalah seorang pejabat negara!

Ketiga, dan ini yang paling menggelikan saya. Di lobby hotel, sebuah tempat umum, tempat di mana mentri agama hampir pasti bisa melihatnya, terpampang sebuah lukisan besar dan panjang, yang melukiskan adegan banyak perempuan sedang mandi. Sebagian telanjang setengah dada, sebagian lagi telanjang bulat. Lukisan tersebut dibiarkan terbuka dan menjadi tontonan umum. Mengapa yang letaknya agak tersembunyi dari pandangan mata seorang menteri agama ditutupi, dan yang berada di tempat umum malah dibiarkan terbuka begitu saja. Malah seingat saya patung tersebut bukankah patung wanita telanjang.

APA ITU PORNOGRAFI?
Apakah itu pornografi? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pornografi adalah penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi; 2 bahan bacaan yang dengan sengaja dan semata-mata dirancang untuk membangkitkan nafsu berahi dl seks.

Menurut definisi KBBI ini ada di manakah masalahnya? Di konten porno atau di nafsu berahi kita? Jika saya nyatakan melalui pertanyaan demikian: apakah ketelanjangan adalah sebuah pornografi? Apa jawaban Anda? Jika ya, bagaimana saat kita mandi? "Ya, kalo mandi kan sendirian aja!" Atau bagaimana jika Anda seorang pria dimasukkan ke sebuah kamar gelap gulita, lalu tanpa sepengetahuan Anda, saya masukkan seorang wanita muda, cantik, seksi dan telanjang bulat. Apakah nafsu berahi Anda akan bangkit? Tentunya tidak, karena Anda tidak mengetahui bahwa di kamar tersebut ada seorang wanita yang sangat menarik hati, bukan? Akankah si wanita bisa disamakan dengan definisi pornografi KBBI di atas? Tentu juga tidak, karena meski telanjang, tidak ada nafsu berahi yang dibangkitkan. Atau bagaimana jika di kamar yang sama saya masukkan seorang perempuan buruk rupa, namun bersuara merdu. Lalu melalui kata-katanya yang mendesah penuh rayuan maut, wanita buruk rupa ini menggambarkan betapa Indah tubuhnya, betapa seksinya dia, bagaimana wajahnya mirip dengan salah satu artis bom seks, dan bagaimana dia kepingin disentuh oleh Anda. Apakah berahi Anda akan bangkit? Jika jujur bicara tentu ya, bukan? Bukankah bisnis sex phone, menawarkan jasa seks melalui imajinasi pria yang dibangun melaui suara? Tanpa pelanggan bisa melihat bahwa yang merayunya diujung telepon adalah seorang perempuan berwajah dan bertubuh sangat buruk. Kembali ke kamar, lalu di kamar itu lampu-lampu dinyalakan dan Anda bisa melihat wajah wanita buruk rupa tersebut, apakah nafsu berahi Anda tetap bertahan? Saya berani bertaruh tentu tidak, bukan?

Menurut perenungan saya, pornografi itu adanya di hati dan pikiran manusia yang sudah dikorupsi oleh dosa, dan bukan pada obyeknya. Ketelanjangan berupa lukisan, patung, verbal maupun tulisan yang dipertontonkan menjadi salah karena pikiran yang sudah kotor oleh dosa. Baik yang mempertontonkan dengan maksud membangkitkan berahi orang lain atau mereka yang menontonnya adalah salah menurut kaidah hukum, moral, etika dan agama. Seandainya manusia tidak jatuh ke dalam dosa, maka dunia ini Akan menjadi tempat nudis, karena semua orang akan telanjang, dan tidak akan ada yang malu, maupun terjatuh kepada nafsu berahi yang liar sehingga berani melanggar hukum Allah. Alat kelamin manusiapun tidak akan disebut dengan istilah "kemaluan," karena memang tidak ada yang memalukan mengenainya, kecuali jika diumbar oleh karena nafsu rendah yang bergelimang dosa.

MERUBAH HATI, BUKAN MENYEMBUNYIKAN ATAU SEKEDAR MELARANG
Saya ingat memoar singkat seorang dr. Boyke Dian Nugraha. Bagaimana perjuangannya memberikan pendidikan seks kepada masyarakat. Banyak orang temasuk negara mencibirnya, bahkan menghujatnya sebagai dokter porno. Karena pada masa itu seks masih tabu untuk dibicarakan. Namun, kehamilan di luar nikah dikalangan pelajar meningkatkan. Hal ini yang mendorong dokter Boyke tetap berjuang mengedukasi masyarakat dalam hal seks.

Tidak dibicarakan, tabu untuk diajarkan, dilarang atau disembunyikan tidaklah akan menahan laju pornografi, bukan karena kontennya, namun semata-mata karena hati dan pikiran yang sudah rusak oleh karena dosa. Bahkan sekalipun seorang wanita memakai baju besi tertutup full, namun seorang pria masih dapat menelanjanginya dengan imajinasinya.

Yesus Merubah Hati
Oleh karena itu Yesus lebih tertarik mengubah sumbernya yaitu hati manusia daripada memberikan setumpuk peraturan yang harus ditaati dengan kaku dan ketat. Musa sudah mencobanya dan gagal. Musa memberikan peraturan kepada bangsanya, dengan maksud agar bangsanya menjadi lebih bermoral sehingga melaluinya menjadi berbeda dengan bangsa-bangsa kafir dan bar-bar di sekeliling mereka.

Mereka sudah menjadi bangsa pilihan jauh sebelum Taurat diturunkan, namun apa daya peraturan yang baik di tangan manusia yang hati dan nafsunya masih kotor, berubah menjadi monster legalisme yang menakutkan. Hal ini mengakibatkan ketaatan mutlak terhadap Taurat menjadi syarat mutlak agar menjadi orang atau bagian dari bangsa pilihan Allah. Jika, ketaatan mutlak terhadap hukum Taurat adalah syarat menjadi bagian bangsa pilihan, tentunya Abraham, Ishak dan Yakub tidak termasuk di dalamnya, karena mereka tidak memiliki hukum Taurat. Jika ketiga patriarch tidak layak dipilih karena tidak memiliki hukum Taurat, maka tidak ada bangsa pilihan Dan tidak ada Israel.

Ada idiom yang mengatakan bahwa peraturan dibuat untuk dilanggar. Idiom ngawur, namun pada kenyataannya memang demikian. Contoh, peraturan lalu lintas ditaati selama ada petugas yang mengawasi, jika tidak ada petugas, maka peraturan tinggallah peraturan, pelanggaran jalan terus. Contoh sederhana, jika kita lupa menggunakan sabuk keselamatan (safety belt) ketika menumpang mobil teman, peringatan yang Akan diberikan teman kita kepada kita adalah: "Hei, pake dong safety belt-nya, nanti ditangkap polisi!" Seharusnya masalah safety belt, bukanlah masalah ditangkap polisi, namun masalah keamanan diri sendiri. Jika kesadaran ini muncul dari dalam hati sendiri maka meski tidak ada polisi sekalipun kita tetap akan menggunakan safety belt.

Meskipun penting, namun peraturan terbaik bukanlah peraturan yang tertulis di buku, melainkan yang terpatri di dalam hati. Oleh karena itu Yesus dan para rasul lebih tertarik merubah hati manusia. Mereka menyadari bahwa sumber dari segala kejahatan manusia bersumber di hati (Amasal 4:23; Matius 12:34, 15:18; Roma 12:2; Kolose 3:5-10). Bisakah membumihanguskan pornografi dengan kekerasan, peraturan-peraturan ketat dengan hukuman yang berat, jika sumbernya di hati manusia yang kotor?

Dapatkah hukum tertulis mengatur hati manusia? Pernahkah ada orang yang dihukum karena terbersit keinginan dihatinya untuk mencuri? Atau membunuh? Hukum tertulis hanya dapat mengatur niat yang sudah berbuah menjadi tindakan nyata. Namun, hukum Tuhan mengatur sampai ke hati manusia, meski belum berbuahkan tindakan nyata (Matius 5:28).